hrtgyumie

“eh bener ini bukan si jalannya” tanya Malik.

“benerannn, lu gak percaya ma gue?”

“kalo lu gue gak percaya sih dik”

“ah babi”

“EH EH EH ITU COOO, liat dah ada tulisan kost Pak Denis segede gaban di situ”

“oh iya itu”

Malik langsung memarkirkan mobil tersebut di depan rumah Pak Denis.

“turun turun dah nyampee”

Setelah mendengar perkataan itu, Sabian yang tidur langsung turun dari mobil tersebut.

Hasan yang melihat mereka dari jendela kamarnya pun kaget “Anjir kok ada mereka bangsat”

Meskipun begitu Hasan orangnya pemberani, asal bukan setan ya dia gas aja. Hasan membuka pintu dan membuat keenam anak itu sontak kaget. Vale menyenggol lengan Cale dan berbisik “anjing kenapa ada si Hasan si bangke” Cale tidak menjawab karena dia takut.

“kalian? ngapain di sini?” tanya Hasan dengan nada bingung.

“oh kita mau liat liat kosnya bang, udah izin sama Pak Denis tadi”

“oh jadi kalian yg dibilang anak baru sama Pak Denis”

“iya bang” kali ini Vale memberanikan diri.

“masuk aja masuk”

Malik yang nyalinya paling gede dari semuanya memberanikan diri untuk masuk duluan, dan diikuti oleh temannya itu.

Hasan menyadari nya bahwa mereka terlihat tidak nyaman karena ada dia. Jadi dia memberanikan diri untuk bertanya.

“kalian gak nyaman kah?” bego, Hasan bego yang ada dipikiran Hasan berbeda dengan apa yang dia ucapkan.

“hah gak kok bang, biasa aja” ucap Cale.

Jelas itu berbohong “kalian gak suka gue gara gara geng gue kan?” ucap Hasan.

“iya, jujur aja iya” celetuk Brian.

“oh yaa, tapi sebenernya dari awal gue gak ada masalah sama lu pada, jadi lu sans aja ke gue” jelas Hasan.

“beneran?” tanya Vale.

“iye”

“beneran nih? jujur? suer?”

“iya anjg”

“yaudah ini fruit tea gue minum ya”

“KURANG AJARRRR LU”

“eh bener ini bukan si jalannya” tanya Malik.

“benerannn, lu gak percaya ma gue?”

“kalo lu gue gak percaya sih dik”

“ah babi”

“EH EH EH ITU COOO, liat dah ada tulisan kost Pak Denis segede gaban di situ”

“oh iya itu”

Malik langsung memarkirkan mobil tersebut di depan rumah Pak Denis.

“turun turun dah nyampee”

Setelah mendengar perkataan itu, Sabian yang tidur langsung turun dari mobil tersebut.

Hasan yang melihat mereka dari jendela kamarnya pun kaget “Anjir kok ada mereka bangsat”

Meskipun begitu Hasan orangnya pemberani, asal bukan setan ya dia gas aja. Hasan membuka pintu dan membuat keenam anak itu sontak kaget. Vale menyenggol lengan Cale dan berbisik “anjing kenapa ada si Hasan si bangke” Cale tidak menjawab karena dia takut.

“kalian? ngapain di sini?” tanya Hasan dengan nada bingung.

“oh kita mau liat liat kosnya bang, udah izin sama Pak Denis tadi”

“oh jadi kalian yg dibilang anak baru sama Pak Denis”

“iya bang” kali ini Vale memberanikan diri.

“masuk aja masuk”

Malik yang nyalinya paling gede dari semuanya memberanikan diri untuk masuk duluan, dan diikuti oleh temannya itu.

Hasan menyadari nya bahwa mereka terlihat tidak nyaman karena ada dia. Jadi dia memberanikan diri untuk bertanya.

“kalian gak nyaman kah?” bego, Hasan bego yang ada dipikiran Hasan berbeda dengan apa yang dia ucapkan.

“hah gak kok bang, biasa aja” ucap Cale.

Jelas itu berbohong “kalian gak suka gue gara gara geng gue kan?” ucap Hasan.

“iya, jujur aja iya” celetuk Brian.

“oh yaa, tapi sebenernya dari awal gue gak ada masalah sama lu pada, jadi lu sans aja ke gue” jelas Hasan.

“beneran?” tanya Vale.

“iye”

“beneran nih? jujur? suer?”

“iya bangke”

“yaudah ini fruit tea gue minum ya”

“KURANG AJARRRR LU”

Keesokan harinya mereka benar benar pergi ke sekolah dengan mental yupi mereka. Awalnya memang aman saja dari awal masuk sampai bel sebelum istirahat, mereka belum melihat rafa dan gengnya itu. Tiba saat bel istirahat…

“Eh gak jadi ah takut gue anjir” ucap chan.

“yaudah sih sama sama makan nasi”

“lu dari kemaren bilang sama sama makan nasi mulu ye babi, emang lu berani?” ucap seungkwan dengan nada kesal.

“siapa yang bilang gue berani coba?”

“PENGEN TAK HIIIIIHHHHH” yap itu adalah seungkwan.

“udah udah pokoknya pura pura gak liat aja oke? oke.”

Mereka pun berjalan bersebelahan di lorong yang kecil itu. Hari apes memang tidak ada di kalender, sesuai dugaan mereka bertemu geng rafa di lorong tersebut.

“eh liat siapa nih yang dateng” ucap rafa.

“manusia lah picek mata lu?” celetuk hansol.

“eitsss mentang mentang ngalahin gue pas tanding, jadi sok berani gini ya lu” diselangi tawa dari gengnya itu.

“minggir gak, kita cuma mau ke kantin” kwan yang berbicara sekarang.

“ooohh ini mantannya fanya, selera fanya jelek juga ya, mending tu bocah sama gue aja dari pada sama sampah kek lu”

Hari apes memang tidak ada di kalender, tetapi hari keberuntungan mereka juga tidak ada di kalender. Tiba tiba ketiga abangnya itu datang dan membuat rafa dan gengnya terkejut.

“siapa yang lu bilang sampah itu?” ucap seokmin dengan tampang sok gagahnya.

“hah? gak ada yang bilang sampah kok bang, iya gak?” ucap rafa dengan nada ketakutan. Tetapi tidak ada yang menjawab ucapan rafa.

“btw kalian siapa?” tanya teman rafa.

“abangnya mereka bertiga”

Bisa di tebak muka rafa sekarang menjadi merah, perpaduan antara takut, malu, dan marah.

“udah dek biarin aja, ayok kebawah bawa tas lu, kita ada urusan” ucap hao.

“oh iya iya bang” mereka bergegas menuju kelasnya dan merapihkan buku bukunya.

Disisi lain rafa dan gengnya masih ketakutan melihat badan mingyu.

“apa lu liat liat gue, suka lu?”

“gak bang, gue straight kok tenang aja”

“padahal kalo suka boleh aja” celetuk mingyu.

“udah bang ayok kebawah” ucap seungkwan dengan nada semangat.

Sebelum mereka turun, hansol menghadap ke belakang dan mengeluarkan sesuatu di kantong celananya, yap jari tengah.

Jam 12.20 grab itu sampai ke sekolah ichan dan menjemputnya. Seungkwan dan Hansol menyaksikan itu.

“kenapa pulang a, sakit?”

“iya bang hehe”

“aa rambutnya warna gitu, asli mana a?”

“asli sini kok bang, cuma di cat aja pas libur. Tapi lupa di cat lagi pas sekolah”

“gak dimarahin gurunya a?”

“enggak sih bang cuma disuruh cat ulang lagi aja”

“oohh”

Lalu hening lagi, dan sampailah mereka di lampu merah. Saat lampu kuning motor tersebut tiba tiba mati tidak tau kenapa.

“eh bang motornya mati ya?”

“iya a, waduh gimana ini”

“minggir aja dulu bang”

“yah gimana ini a, harus di bengkel dulu, biasa motor butut gini”

“ya mau gimana lagi bang, bengkel aja dulu”

“aa nya gimana dong?”

“saya pulang jalan kaki aja bang, gapapa kok”

Walaupun begitu Ichan tetap memberi uang bayaran ke abang ojek tersebut. Ichan berjalan pulang, dia pusing sekali, tetapi memaksakan untuk cepat sampai rumah. Tiba tiba ada motor yang berlalu, tanpa ia sadari dompetnya sudah hilang diambil pemotor tersebut. Tanpa memikir lama ichan langsung mengejar motor itu dengan berlari secepat mungkin.

Ia melihat motor tersebut belok, tetapi ke gedung kosong yang ada di depannya. Ichan berpikir seharusnya dia pulang saja, masalah dompet kan bisa diganti sama bang cheol. Saat dia berbalik, ternyata ada dua orang yang ia kenal yaitu geng yang paling ia benci, yang ada disekolah nya, dia ingin berlari tetapi mana sempat orang itu sudah ada di depan matanya sekarang.

“lu pada mau apa” ucap chan.

“lu? anak culun kayak lu bilang lu?” rafa dan gengnya pun tertawa keras saat mendengar hal itu.

“lu bilang aja lu mau apa” celetuk chan.

“lah santai bosss, sensi amat”

Ichan kesal, ia mau marah tetapi dia takut karena ia hanya sendiri sedangkan mereka ada enam.

“gue mau uang lu, harta lu”

“hah? uang gue? kan udah lu ambil semuanya itu”

“hah semua? gak mungkin anak kek lu cuma punya uang 300rb kayak gini”

“mungkin aja, itu 300rb bagi enam udah dapet 50rb kan per orang”

Rafa berbisik kepada teman di sampingnya, “emang iya ya, gak ngerti gue anjir”

“makanya jangan tolol”

Mendengar hal itu Rafa tidak terima, ia langsung mendaratkan tamparan keras di pipi chan.

“maksud lu apa anjing, mentang mentang pinter lu sombong amat”

“lu mau uang kan? bentar gue ambil di tas”

Memang bodoh tetapi Rafa dan temannya mempercayai itu. Saat semuanya lengah ichan berlari kencang untuk keluar dari gedung itu.

Bel berbunyi, menandakan bahwa pelajaran pak heri telah selesai.

“selesai juga akhirnya, lu tanya dah sono”

“APAANSI, katanya bareng bareng kocak”

“iyaya, yaudah”

Mereka pun menuju ke meja Ichan di dekat jendela itu, dan berdiri di dekatnya.

“chan lu kenapa?” kata seungkwan.

“hah? gapapa kok, emangnya kenapa?”

“gue liat dari tadi ku megangin kepala, lu gapapa?”

“pusing dikit sih hehe”

“mau ke UKS kaga?” tawar seungkwan.

“gak mau ah, abis ini pelajaran bu ina, takutt”

“gapapa jir chan daripada lu pingsan pas disuruh maju sama bu ina” celetuk hansol.

Seungkwan menyenggol lengan hansol dan melotot ke mata hansol. “apa yang salah?” dalam hati hansol.

“gapapa chan entar kita izinin”

“yaudah dehh”

Sesudah mengatakan itu mereka langsung mengantar Ichan ke ruang UKS di lantai satu.

Maling

Setelah membaca chat itu mereka langsung bergegas menyiapkan senjata mereka sendiri.

“OI BANG UDAH BELOM” teriak hansol ke kamar sebelah yakni soonyoung dan seokmin.

“lu jangan teriak teriak bego, itu kan ada jendela kecil” memang agak aneh, tetapi kamar mereka punya jendela kecil yang menghubungkan kamar satu dengan yang lain.

“oh iya lupa gue”

“udah pada siap kan keluar ya, hitungan ke 1 2 3, LANTAI ATAS ASSEMBLE”

Setelah mengatakan itu tampang keren mereka memudar karena perkataan hansol.

“assemble anjir katanya, gaya banget AHHAAHHSHAH” ucap soonyoung.

Tanpa mereka sadari ada yang memerhatikan mereka, yak tidak lain tidak bukan adalah maling yang sudah dari tadi melihat perilaku aneh mereka.

“BANG ITU MALING NYA DI DEPAN KITA” ucap seungkwan dengan nada panik lalu menarik chan untuk masuk lagi ke kamar.

“WOI KOK GUE DI TINGGAL, NGENTOTTT, BUKAINNN” teriak hansol dengan rasa panik dan takutnya.

“ANJING BENER BENER TUH MALING, BANGSAT.”

Soonyoung panik, satu kamarnya pun ikutan panik yakni seokmin, mingyu, hao, dan hansol.

“nyong gimana ni ah gara gara luu”

“kok salah gue sih sol, gara gara lu teriak assemble”

“ya kan biar keren anjing”

Setelah membaca chat itu soonyoung langsung bergegas menuju kamar seok yang jauh nya kayak sabang sampai merauke (kamar mereka dari ujung ke ujung)

“buka, buka, buka, buka” sembari mengatakan itu soonyoung mengetuk pintu dengan keras.

“SABAR NAPA SIHHH” sahut seokmin.

“kamu marah marah sama aku padahal aku anggep kamu bestie” agak alay sebenarnya, tetapi itu sudah biasa dilakukan oleh mereka berdua.

“iye iyee gue buka” kata seokmin.

Saat seokmin membuka pintunya, soonyoung langsung menarik tangan seokmin. “cepet napa jing, dah laper gueeee”

Setelah itu, mereka berdua turun untuk makan. “seok bikinin mie pls laper bgt gue bentar lagi pingsan keknya”

“lah gue kira lu mau bikin sendiri anying” sahut seokmin dengan nada kesal.

“pls, demi abang tersayang mu ini seokk”

“iye iya, tapi tunggu jangan ninggalin gue”

Sembari seokmin memasak, soonyoung membuka hp dan membuat vlog ala ala. “Hai fren sekarang gue lagi dimasakin sama adek seokmin tercintaaa”

“apaansih bocah prik luuu”

“emg lagi sensi anaknya, biasa h word”

“ASTAGHFIRULLAH BANG, gue siram juga ni mie ke kepala lu itu”

Hening sejenak, soonyoung sedang memikirkan sesuatu yang harus dia lakukan, dan yap. Soonyoung berdiri dan memeluk seokmin dari belakang “masak apa hari ini ganteng”

“BANG IH JIJIK BANGET SUMPAH AHHHH, GUE SIRAM BENERAN LU”

Setelah melakukan itu soonyoung tertawa dengan keras, sekeras kerasnya sampai mingyu pun mendengarnya “LU BERDUA KENAPA SIH MASAK MIE AJA BERISIK BANGETT” ucap mingyu.

Seokmin dan soonyoung sudah pasti mendengarkan itu tetapi mereka memilih untuk mengabaikannya. Beberapa menit berlalu, lalu seokmin mengantarkan makanan itu ke meja.

“anjay udah jadi, dari looknya sih keliatan gak enak ya guys”

“GUE GEDIK PALA LU NYONG”

“oke mari makannnnn”

“WANJIR ENAK COK MIE BUATAN GUE”

“karena enak jadi lu yang nyuci piring ya seok”

“MANA ADA BEGITU AH, GAK ADIL”

“suit dah suittt”

“gasss”

“AH NGENTOTTTT” tebak siapa yang berbicara. Yap, itu seokmin dia kalah suit dan harus mencuci piring itu.

Menunggu agak lama, soonyoung masih membuat vlog ala ala sembari dia keluar ke teras rumah “omg, ternyata rumah kita agak gede ya seok”

“lah baru sadar lu ngab” sahut seokmin dari dapur.

Hanya itu yang ingin di katakan soonyoung, lalu dia langsung masuk ke rumah dengan hp yang masih merekam.

“seok itu suara apaan dah di kamar mas han, katanya mas han ke kantor gimana sii”

“kaga tau anjir cek coba”

Tentu soonyoung menuruti kata seokmin itu, setelah ia buka pintu, bukannya han yang dia lihat tetapi sosok dengan pakaian warna full hitam dan sedang mencari cari barang di kamar han.

“SEOKMIN, SEOKMIN ADA MALING SEOKMIN”

“BANG LU KALO BERCANDA GAK LUCU AH”

Setelah itu soonyoung langsung berlari ke kamarnya dan meninggalkan seokmin.

“BANG, ANJING LU”

“AKHHHHHHHHH, MALINGG MALINGG”

Seokmin langsung lari tanpa mematikan air di dapur.

“BANG NYONGI BUKA PINTU LU BANG, KAMAR GUE KAJAUHANNN”

“anjing capek banget gue cok, seok lu sadar gak?”

“hah? apaan?” jawabannya dengan nafas yang belum beraturan.

“CELANA LU AWOWKWOKW”

“LAH IYA, BODOAMAT LAH”

Setelah semua itu, soonyoung langsung membuka hpnya dan mengechat adik adiknya itu.